Kisah Haru Kai Asbullah Berjuang Mencari Keadilan, Tanahnya Diserobot Orang

Kisah Haru Kai Asbullah Berjuang Mencari Keadilan, Tanahnya Diserobot Orang

Bbs-news.id, Banjarmasin – Perjuangan tiada henti dan mengundang rasa haru. Inilah kisah datang datang dari seorang lelaki tua asal Banjarmasin bernama Asbullah. Demi mempertahankan tanah hak miliknya, kakek tua yang tinggal di Kawasan Antasan Kecil Timur, Kecamatan Banjamasin Utara, Kota Banjarmasin, tak menyerah berjuang mencari keadilan. 

Bertahun-tahun Kai Asbullah berusaha memgambil hak kepemilikan tanah pekarangan miliknya yang diduga telah dikuasai orang lain. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mendapatkan kembali haknya.

Kisah sedihnya sempat membekap dirinya. Karena gara-gara bersikukuh menjaga watas tanah warisan ayahnya , Tahun 2006 silam Kai Asbullah merasakan dinginnya sel penjara. 

Ia dituduh merusak pagar kawat pembatas yang terpasang di atas tanahnya, yang dipasang seseorang yang mengklaim hak atas kepemilikan pada tanah pekarangan yang dikuasai Asbullah. Karena tak paham soal hukum ia pun pasrah saat ditangkap aparat kepolisian.

 “ Aku justru ditangkap oleh oknum polisi yang sebelumnya menyuruh untuk  membongkar kawat barikade yang berdiri ditanahku. Karena mengikuti saran oknum polisi ini aku pun diadukan karena dianggap merusak kawat pembatas yang dipasang orang mengklaim kepemilikan atas tanah milikku,” cerita Kai Asbullah, kepada wartawan yang menemuinya, di Banjarmasin Selasa (24/08/2021).

Untuk mendapatkan tanahnya miliknya yang merupakan warisan orangtuannya, tidaklah mudah dan bukanlah perjuangan yang gampang bagi seorang Kai Asbullah. Karena ia harus berhadapan dengan “orang kuat dan berpengaruh” yang mengklaim aset-aset yang dikuasai Asbullah tersebut adalah milik yang bersangkutan.

Tak jarang demi mempertahankan hak miliknya ini, Asbullah sempat harus mendapat teror dan intimidasi sekelompok orang yang diduga disewa orang kuat tersebut.

Tak hanya itu, saat berurusan di kantor kelurahan pun kesulitan dialaminya kembali. Saat itu menjelang akhir tahun 2020 ia ingin membuat sertifikat tanah miliknya tersebut.

Marfhum saja, ia baru saja memenangkan gugatan di Pengadilan Negeri Banjarmasin terkait kepemilikan yang sah tanah tersebut. Keputusan ini pun ditetapkan secara inkracht. Namun  untuk mendapatkan surat permohonan sertifikat, ia harus melengkapi persyaratan duabelas buah jumlah dan menyertakan dokumen asli seperti segel tanah yang sempat diperkarakan, di pengadilan.

Kantor Kelurahan Antasan Kecil Timur saat ini mewajibkan berkas yang masuk untuk urusan sertifikat harus diserahkan aslinya. Asbullah ditemani sanak keluarganya pun menurut saja, meskipun pada kenyataannya tidak ada keharusan untuk menyerahkan berkas asli segel kepemilikan tanah.

“ Nah sehari kemudian ia mendapat kabar kalau segel dan beberapa berkas di tangan Kelurahan langsung disita Kepolisian. Alasannya Asbullah dianggap memalsukan segel tanah yang sempat diperkarakan sekelompok orang kuat di Banjarmasin. Nah ini yang membuat kami sekeluarga keberatan,” ungkap Abqari, salah satu tim pendampingan keluarga Asbullah, Selasa (24/08/2021).

Abrori dan Herman yang mendampingi Kai Asbullah mempertanyakan sikap Lurah Antasan Kecil Timur yang menyerahkan begitu saja berkas segel asli milik Hasbullah.

Karena menilai ada kejanggalan dibalik penyerahan berkas segel tanah kepada polisi dengan alasan penyitaan barang bukti.

“ Ini yang kami pertanyakan kok bisa-bisa seorang Lurah begitu mudahnya menyerahkan berkas-berkas asli yang diajukan warga kepada pihak lain tanpa sepengetahuan keluarga Asbullah. 

Jawab Lurah adalah Aku takajut-kajut jar sidin (Lurah), manggitir (gemetaran) melihat polisi banyak yang ingin menyita segel tanah tersebut. Atas dasar apa bisa diserahkan begitu saja,” cetus Abqari.

Dukungan dan simpati tetap mengalir untuk perjuangan Kai Asbullah. Terlebih puluhan tahun ini kakek tua ini  berjuang pontang panting mencari keadilan soal status tanahnya. 

Perjuangan tanpa akhir yang dilakukan pria tua ini pun menuai empati dimana-mana. Banyak yang haru dan kasihan karena ia susah-susah payah memperjuangkan keadilan.

“ Sebagai rasa kemanusiaan dan keadilan, bersama kawan-kawan lainya, Kami selalu mendampingi Kai dalam situasi apa pun berjuang untuk kebenaran.  

Apa tidak kasihan, beliau sudah tua janganlah dibuat susah lagi.Semoga beliau tetap beliau kuat dan tegar terus,”  katanya.(Olpah Sari Risanta-AN)