BBS-NEWS. ID - BANJARMASIN - Kegiatan In House Training (IHT) Implementasi Pembelajaran Sekolah Penggerak, hari ini Kamis (12/8) ditutup Kabid Pembinaan Pendidik dan Tenaga kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, H. Abdul Rahim, S.Sos., M.Pd., di Laboratorium Seni dan Film SMKN 3 Banjarmasin.
Selesai menutup kegiatan itu, Abdul Rahim kepada RRI mengatakan, pihaknya mengharapkan para guru yang bertanya terkait program tersebut, menjadi momen bagi pihaknya. Dikatakan, dengan adanya program sekolah penggerak, bukan hanya di SMK saja, tetapi dari PAUD, SD, SMP, SLTA dan SLB sudah dilaksanakan dan berjalan dengan baik.
“Ya harapan pusat dengan adanya program sekolah penggerak ini bisa menjadi motivasi guru-guru yang akan berkewajiban untuk menjadi Kepala Sekolah. Dengan adanya program ini, tidak ada lagi mengikuti program Cakep (Calon Kepala Sekolah). Mudah-mudahan, apa yang disampaikan pusat itu, menjadi pedoman bagi kita semuanya. Untuk guru-guru agar meningkatkan lagi,” ungkap Rahim.
Pendidikan berkualitas menurut Rahim, muaranya dari gurunya, kepala sekolahnya, akhirnya siswa akan mengikuti juga. Harapannya semua guru menjadi berkualitas, sehingga pendidikan juga berkualitas.
Kegiatan ini untuk SMK baru 11 SMK, SMA baru 7, SLB 1. Targetnya semua sekolah bisa mengikuti program tersebut.
Sedangkan Susilo, selaku Pengawas Pembina SMK di Kalsel mengatakan, program SMK Keunggulan yang salah satu tugasnya menjadi penggerak SMK yang lain. Program ini dinilainya sangat bagus untuk pengembangan SMK dan sebagai motivasi dari Pemerintah Pusat yang merencanakan guru-guru yang berada di Sekolah Penggerak, termasuk SMK yang 11 di Kalsel, otomatis bisa meningkatkan karir. Sedangkan sekolah non PK tidak bisa dapat kesempatan.
“Karena ini mereka sudah dilatih 10 hari pertama. Kemudian ada 10 hari kedua. Ini untuk kegiatan In House Training. Jadi diharapkan mereka itu memang mampu menjadi guru-guru penggerak. Motivasi itu yang diberikan Pemerintah Pusat untuk memberi motivasi kepada guru-guru penggerak untuk meningkatkan karirnya,” ungkap Susilo, yang pernah juga menjabat sebagai Kepala Sekolah di beberapa SMK di Banjarmasin.
Menjawab tantangan dunia kerja, Sosilo menyatakan, di SMKN 3 Banjarmasin dan beberapa SMK yang lain, karena dirinya pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah juga, seperti SMKN 1 dan SMKN 4, sehingga dia menilai, para Kepala Sekolah dan Pendidiknya sangat siap untuk menjawab semuanya. Karena semua SMK Negeri yang ada di Banjarmasin dirasakan luar biasa untuk menyikapi hal ini dan sangat serius dan yakin hasilnya akan bagus.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 3 Banjarmasin Mohamad Ali Muksin, S.Pd., MM., mengatakan, sebagai Tuan Rumah kegiatan itu, dirinya merasakan sebagai sebuah kehormatan untuk titik sentral sebagai kolaborasi bersinergi antar SMK di Kalimantan Selatan yang merupakan sekolah pusat keunggulan sebagai pilotingnya sekolah penggerak secara nasional.
“Sehingga ini merupakan awal di dalam IHT yang merupakan komite dari pembelajaran bagi guru-guru nanti yang akan menjadikan penggerak-penggerak di Provinsi Kalimantan Selatan. Lanjutan dari kegiatan ini tentunya bersinergi dengan Dinas Pendidikan. Karena masih banyak program lagi yang sekarang sedang dikembangkan,” kata Ali.
Keberuntungan bagi sekolahnya, menurut Ali, akan memberikan energi yang luar biasa, karena adanya berbagai masukan dan sinergi dari para guru yang berkualitas dari berbagai SMK yang terpusat kegiatannya di SMKN 3 Banjarmasin dan berbagai diklatnya juga ada di sekolahnya. Sehingga dari Pemerintah Pusat dan dari Perguruan Tinggi Pendamping maupun dari Balai Besar Peningkatan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPMV) juga akan memberikan apresiasi kepada SMKN 3 Banjarmasin.
Menurut Ali, target untuk tahun ini kepada para guru kelas 10, karena perubahan kurikulum kepada kelas 10. Sekarang katanya, bukan kelas, tapi fase E untuk ditingkat SMK untuk menuju profil pelajar pancasila nanti. Sehingga tidak ada lagi namanya kelas, tapi di SMK adalah fase E untuk kelas 10 dan fase F untuk kelas 11 dan 12. Sedangkan perbedaan dengan kurikulm sebelumnya adalah menyangkut kemerdekaan belajar. Yang mana sebelumnya kurikulum banyak ditentukan porsinya dari Pemerintah. Namun kata Ali, sekarang ini Pemerintah Pusat membagi kewenangan, yakni dari Pemerintah Pusat menyampaikan Kerangka Kurikulum dan Capaian Pembelajaran.
Sedangkan terkait alur tujuan pembelajaran, modul dan bahan ajar ditentukan oleh sekolah untuk melakukan siergi. Sehingga bisa berbeda antar sekolah dalam kurikulumnya, karena yang dimiliki nanti yang dimiliki adalah Kurikulum Operasional Sekolah (KOS) dan sekarang menyusun KOS itu dikelola oleh para guru penggerak dan semua warga yang ada di sekolah.(AN/Juns)