MOMENTUM TAHUN BARU HIJRIYAH. MARI TINGGALKAN RIBA

BBS-NEWS. ID - BANJARMASIN -  Momentum Tahun baru hijriyah 1 Muharram 1443 Hijriyah, agar dapat meningkatkan diri, memperbaiki diri untuk menjadi Hamba Allah SWT yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Inilah pesan Sutjipto, Penggiat Ekonomi Syariah di Kalimantan Selatan. Katanya, pengertian tahun baru hijriyah, membuat kita harus berhijrah dari hal-hal yang buruk sebelumnya ke arah yang lebih baik. Bukan bicara pembenaran, tetapi bicara kebenaran, masuk Islam secara kaffah.

Menyinggung praktek riba yang masih banyak terjadi, Sutjipto, yang juga Ketua Koperasi Konsumen Syariah Ar-Rahmah menyatakan, fenomena masyarakat kita majemuk. Katanya, ada yang tidak peduli dengan riba. Ada yang paham, tapi belum berani meninggalkan. Ada yang sudah meninggalkan, ekonominya jungkir balik. Itulah katanya yang terjadi di masyarakat.

“Solusinya diri kita, komunitas, lembaga keuangan dan pemerintahan untuk sama-sama peduli, bahwa riba sesuatu yang sangat membahayakan. Saatnya kita memberikan literasi dan edukasi ke masyarakat. Bukan Cuma judulnya saja syariah. Bukan Cuma sebutannya saja riba. Sedangkan masyarakat sendiri masih belum tahu apa riba? Apa dampaknya kalau kita melakukan riba. Itu yang paling penting,” tegas Sutjipto.

Sutjipto kembali mengajaka agar melakukan edukasi, litrerasi secara umum di perbankan, di lembaga keuangan, di masyarakat, di sekolah, di kampus sejak dini, karena katanya muamalah juga bagian dari syariat islam yang harus disosialisasikan ke masyarakat.

Menyinggung UMKM, diakuinya posisi yang sulit jika kedua belah pihak tidak memberikan pemahaman. Satu sisi UKM tulang punggung perekonomian di Indonesia, dan bahkan di dunia. Katanya, kalau UMKM tidak diberikan modal. Tidak bisa jalan.

“Tetapi jika nanti diberikan modakl dengan akad-akad yang tidak sesuai dengan hukum-hukum syar’i  yang sebenarnya, itu juga tidak ada manfaat. Ekonominya kelihatan berjalan, berputar, tetapi mereka pelaku usaha yang ada terjerumus dalam riba,” ungkap Sutjipto.

Sehingga Sutjipto kembali menegaskan, literasi, edukasi sampaikan. Tinggal masyarakat yang memilih. Tidak ada unsur pemaksaan. Masih ada perbankan konvensional, lembaga keuangan konvensional, masih ada yang syariah dengan lebel atau symbol syariahnya dan saat ini sudah ada lembaga besar, penggabungan tiga bank besar menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) itu juga sama-sama berjuang menuju syariah. Semua agar sama-sama semangat untuk mensyariahkan lembaga keuangan atau perbankan yang ada di Republik ini. Salah satunya, bukan sekedar ikut-ikutan.

“Mumpung momentumnya pas. Sebentar lagi 1 Muharram. Saatnya kita berhijrah. Baleho-baleho yang ada, pasang, tinggalkan riba. Apa itu riba. Yang simple-simpel saja. Tanpa harus menyinggung, tapi harus diberikan pemahaman. Masalah nanti masyarakat meninggalkan atau tidak, kembali ke dirinya masing-masing,” pungkas Sutjipto.(AN/Juns)