Bbs-news.id, Banjarmasin - Untuk peranan Mahasiswa sebagai pemikir, visioner, innovator dan generator. Hal ini karena seorang Mahasiswa sudah tingkat tinggi, sehingga tegas Dosen Uniska Banjarmasin Dr. H. Jarkawi, M.M.Pd., cara berfikirnya tingkat analisis. Mereka diharapkan dapat mebawa perubahan-perubahan, khususnya perubahan prilaku dalam persfektif pendidikan.
“Karena dengan mana sekarang ini khususnya dalam globalisasi, tentunya akan membawa dampak pada perubahan sosial. Diharapkan, para Mahasiswa memiliki pemikiran yang lebih kreatif, kritis untuk menyerap pengetahuan-pengetahuan baru, berkolaborasi untuk menjadikan pengetahuan yang baru,” ungkap Jarkawi, Dosen Senior FKIP Uniska, yang juga Ketua Forsiladi (Forum Silaturahmi Doktor Indonesia) Provinsi Kalimantan Selatan, sabtu (11/9) di ruang kerjanya.
Dikatakan, Mahasiswa sebagai visioner, punya pemikiran yang memiliki imajinasi yang kuat, dan menjadikan kedepan itu harus lebih baik. Sehingga perubahan sekarang, kata Jarkawi, menjadi pemikirannya untuk menjadi langkah awal untuk perubahan fikiran di masa depan, dan sebagai seorang Mahasiswa, diingatkannya, harus punya pemikiran demikian.
Sebagai seorang Inovator, Mahasiswa melakukan perubahan yang memiliki berbagai pengetahuan dari perguruan Tinggi, akan melakukan berbagai inovasi dari hasil pemikiran berupa kreatifitas dan menghasilkan suatu produk. “Dimana ilmu-ilmu pengetahuahn itu diimplementasikan dalam mendorong perubahan sosial,” tambah Jarkawi.
Peranan sebagai Generator, Mahasiswa berperan sebagai orang yang mendorong atau menarik suatu perubahan, untuk menuju ke arah yang lebih baik.
“Harapan itu diharapkan ada pada Mahasiswa yang sekarang mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKK MABA) di Uniska Banjarmasin,” harap Jarkawi.
Tegasnya Undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) saat ini, yang dinilai membelenggu para Mahasiswa, menurut Jarkawi, maka itulah peran Mahasiswa sebagai pemikir, agar jangan sampai ikut-ikut menshare berita-berita hoax (bohong), karena begitu dia (Mahasiswa) menerima share dari grup sebelah, ada proses berfikir. Itulah yang diharapkan, seorang Mahasiswa, tegas jarkawi, berfikir apa itu benar?
“Dia melakukan analisis. Cross check berita itu. Sehingga ini bisa ditangkal. Inilah peranan Mahasiswa sebagai pemikir,” ungkap Jarkawi.
Dalam dunia demokrasi, menurut Jarkawi, semua orang bisa mengemukakan pendapatnya, tapi harus sesuai dengan fakta dan data, sehingga “Seorang Mahasiswa jangan ujar. Tapi harus ada realitanya. Seperti apa? Silakan saja dia ungkapkan. Nanti ada lembaga yang menentukan masalahnya. Sementara boleh-boleh saja orang beropini. Tidak masalah."
Katanya, kalau di Uniska, mengembangkan Merdeka belajar untuk Mahasiswa. Tidak saja kuliah di kampus Uniska. Tapi sekarang di semester ganjil 2021 ini sudah ke luar. Pihaknya menggunakan kerjasama antar Perguruan Tinggi, sehingga Mahasiswa dapat belajar di kampus lain.
“Bahkan untuk Pendidikan Konseling, sudah menjalankan semester ganjil ini. Oleh karena itu, Dosen dari luar (kampus lain) juga mengajar di tempat kita. Jadi sudah pertukaran Mahasiswa antar Perguruan Tinggi. Tidak internal. Justru eksternal. Jadi wawasan Mahasiswa akan berkembang,” ungkap Jarkawi.
Maka dari itu, katanya, peran Mahasiswa sebagai Pemikir, Inovator, Penggerak dan Generator, itu harus jalan dan sejalan dengan Kampus Merdeka.
Untuk tulisan Peranan Mahasiswa Dalam Perubahan Sosial, menurut Jarkawi, diberikan dalam Matrikulasi Perkuliahan Mahasiswa baru, agar dia (Mahasiswa) dimotivasi, bahwa anda (Mahasiswa) peran sebagai Pemikir, Inovator, Generator dan Visioner. Intinya di pemikiran, jadi Mahasiswa itu proses berfikir didorong, jangan ujar, jangan ikut-ikutan yang imitasi, tapi benar-benar proses berfikir.
Adanya keinginan jangan lagi ada demo, tapi apa keinginan Mahasiswa langsung disampaikan saja ke fraksi yang menangani permasalahan di DPR setempat, menurut Jarkawi, boleh-boleh juga, lebih fokus. Tapi kalau demo ditiadakan, langsung saja menyampaikan perwakilannya ke bidang-bidang yang menangani permasalahan di DPR setempat, kata Jarkawi, demo merupakan improvisasi Mahasiswa. Kalau demo sebagai improvisasi pemikiran Mahasiswa, merupakan suatu kretifitas, maka jika ditiadakan demo, dirasakan menghambat pemikiran, sehingga Jarkawi menyatakan tidak setuju.
“Tapi ingat, mahasiswa juga jangan sampai menggangu ketertiban umum. Fasilitas umum. Yang tertiblah, tidak masalah itu,” pungkas Jarkawi.(AN/Juns)